Kedatangan Agama Yahudi ke Jazirah Arab
Ketika itu rakyat Najran beragama Nasrani. Rakyat Yaman sebagian Yahudi dan sebagian lagi Nasrani. Sementara Yathrib dan Khaybar pula didiami oleh pendatang Yahudi dari Syam. Yahudi merupakan anutan kebanyakan penduduk mayoritas Yaman tetapi selepas itu Persia yang menganut Majusi telah menguasai Yaman. Ketika Rasulullah saw diutus, Yaman diperintah oleh kerajaan Persia. Ketika itu raja Rom bergelar Qaisar dan raja Persia bergelar Kisra, raja Habsyah bergelar Najasyi, dan raja Yaman bergelar Tubba.’
sumber: https://id.pinterest.com/albiben/oranje-horizon/ |
Al-Quran menceritakan perihal kaum Tubba’ Yaman. Suatu ketika Yaman diperintah oleh Tubba’ yang bernama Tabban bin As’ad. Dia seorang raja yang terkenal dan selalu keluar berdagang dan melancong. Pada suatu ketika, dia keluar berdagang ke Syam ditemani oleh anaknya dan diiringi oleh tenteranya. Dalam perjalanan ke Syam, mereka singgah di Madinah. Tabban meninggalkan anaknya untuk mengurus perniagaannya di Syam. Berlaku salah paham di antara anaknya dan penduduk Madinah sehingga mereka telah membunuh anaknya. Apabila Tabban mendapat berita tentang pembunuhan anaknya, dia belik ke Madinah untuk menuntut balas atas kematian anaknya. Maka berlakulah peperangan di antara orang Yaman dan orang Madinah.
Dalam peperangan itu ada satu perkara yang menjadikan dia keheranan, dia merasa pelik bahkan satu yang sangat menarik bagi Tabban. Orang Madinah karena terlalu pemurah, mereka berperang di siang hari tapi apabila tiba waktu malam mereka berhenti berperang. Pada waktu malam, penduduk Madinah mengantar makanan dan minuman kepada tentera Tabban yang memerangi mereka pada siang hari. Begitulah penduduk Madinah memuliakan tetamu walaupun tetamu itu adalah musuh yang memerangi mereka. Namun, kebaikan orang Madinah ini tidak mampu mengubah Tabban yang masih mau menuntut balas ke atas kematian anaknya.
Di tengah peperangan itu, Tabban dikunjungi oleh sekumpulan pendeta Yahudi yang datang dari Syam. Mereka memang ingin bertemu dan berbincang dengan Tabban. Mereka bertanya apa yang Tabban mau dari peperangan ini. Tabban memberitahu mereka bahwa dia mahu menghancurkan Madinah. Mereka menasihati Tabban agar tidak meneruskan rancangannya itu karena ia tidak akan berhasil, sebaliknya Allah akan memusnahkannya karena Madinah ini adalah tempat hijrah Nabi Penutup segala Nabi. Begitulah menurut kitab Yahudi. Akhirnya Tabban berminat dan tertarik untuk mendalami Kitab Taurat. Akhirnya dia memeluk agama Yahudi dan berhenti dari memerangi penduduk Madinah.
Selepas itu dia dan tenteranya kembali meneruskan perjalanan ke Mekah. Ketika itu Bani Huzail sedang memusuhi orang Mekah sedangkan mereka juga tidak suka kepada orang Yaman telah mengambil peluang ini untuk mengadu Yaman dan Mekah. Mereka menceritakan pada Tabban bahwa di Mekah terdapat satu bangunan yang dipanggil Ka’bah. Di bawah Ka’bah ini terdapat banyak emas dan permata.
Kenyataan itu memang benar karena ketika itu orang Arab menanam emas dan permata di Ka’bah untuk memuliakan Ka’bah. Apabila Tabban mendengar hal ini, datang perasaan tamaknya untuk menguasai semua harta itu. Dia mempersiapkan tenteranya untuk menyerang Mekah dan Ka’bah. Pendeta Yahudi yang masih bersama mereka karena mengajar agama Yahudi telah menasihati Tabban agar jangan menyerang Mekah dan Ka’bah. Mereka menasihatinya, “Menurut pengetahuan kami, Ka’bah adalah satu-satunya rumah Allah di atas muka bumi. Kalau kamu serang Ka’bah, Allah yang akan musnahkan kamu.” Tabban menerima nasihat ini bahkan bertanya kepada pendeta apa yang patut dia lakukan apabila dia memasuki Mekah nanti. Ujar mereka, “Bila engkau memasuki Mekah, hendaklah engkau membesarkan dan memuliakan Ka’bah dengan melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah.”
Tabban bertanya kepada pendeta itu, “Apakah kamu akan bertawaf juga?” para pendeta menjawab, “Kami juga ingin melakukan tawaf tetapi oleh karena Ka’bah saat ini dipenuhi dengan berhala di sekelilingnya, kami para ulama tidak sepatutnya bertawaf dalam keadaan begini.” Tabban telah melaksanakan nasihat pendeta Yahudi. Semasa dia berada di Mekah, dia bermimpi bahwa dia telah memakaikan kelambu pada Ka’bah. Maka Tabban memerintahkan orangnya menyiapkan kelambu Ka’bah. Dengan itu orang yang pertama memakaikan kelambu pada Ka’bah ialah Tabban bin As’ad. Selepas itu barulah kabilah Arab menyambung tradisi ini.
Apabila Tabban pulang ke Yaman, dia memerintahkan semua rakyatnya menganut agama Yahudi tetapi rakyatnya tidak setuju. Rakyat Yaman ketika itu beragama Majusi yang menyembah api. Di setiap rumah mereka ada rumah api dan kalau berlaku perselisihan, mereka akan merujuk kepada Rumah Api. Apabila Rumah Api dibuka, siapa yang disambar api terlebih dahulu dialah yang bersalah. Rakyat Yaman mengambil keputusan untuk berhakim dengan api dalam masaiah arahan Tabban ini. Tabban pun bersetuju dengan penyelesaian ini.
Pada hari yang ditentukan, berkumpullah para pendeta Yahudi dan pendeta Majusi ke Rumah Api. Apabila dibuka pintu Rumah Api, api menyambar pendeta Majusi, lalu mereka lari menyelamatkan diri. Walaupun begitu, rakyat tetap tidak berpuas hati. Lalu diulangi penghakiman itu tetapi kali ini pendeta Majusi tidak diperbolehkan lari walau apapun yang akan berlaku. Apabila dibuka Rumah Api, api terus menyambar pendeta Majusi dan akhirnya semua mereka mati dibakar api. Menyaksikan peristiwa itu, semua rakyat Yaman telah memeluk agama Yahudi. Demikianlah bagaimana agama Yahudi mula bertapak di Semenanjung Arab.
EmoticonEmoticon